Kamis, 04 Desember 2014

Teknik Light Painting


Setelah pernah melakukan lightpainting dengan cosplayer  , sekarang saya mencoba light painting dengan model biasa, namun dengan beberapa teknik baru. Bila sebelumnya saya hanya berada di belakang kamera, kali ini saya ikut andil sebagai light painter. Beruntung saya mebawa wireless trigger, jadi bisa sekaligus menggambar dengan cahaya sekaligus memotret.

Teknik yang berbeda dengan percobaan sebelumnya adalah dengan melakukan tembakan flash berkali kali terhadap model. Berbeda dengan pemotretan light painting sebelumnya di mana model nya ditembak dengan flash sekali dengan power kuat, sekarang flash dipasang dengan power terkecil dan ditembak berkali2. Keuntungan teknik ini, lebih mudah agar cahaya hanya terkena ke model namun tidak mengenai background. Karena power nya yang kecil, cahaya flsh tidak sampai ke background di belakan model, maka didapatkan background hitam yang solid. Teknik ini tepat digunakan bila pemotretan dilakukan tidak di lapangan yang luas. Kelemahannya, flash yang terkena di model kurang rata. Bila diperhatikan, kulit dari model sedikit belang. Tampak ada garis lurus terang di bagian hidung. Hal ini karena bagian itu terkena cahaya flash lebih banyak dari bagian lain. Untuk foto ini, saya belum terlibat dalam menggambar dengan cahaya, baru memotret saja.





Untuk foto kedua, teknik yang sama masih digunakan. Namun saya juga ikut melakukan proses penggambaran. Cahaya yang merah adalah hasil gambaran saya sebagai light painter. Masih kurang rapi, ini adalah pengalaman pertama saya sebagai light painter. Kali ini cahaya flash di wajah model cukup rata, namun belang di kaki. Tembakan flash juga ditambah sekali dari belakang. Selain untuk efek bintang, juga berfungsi untuk memberikan hair light di model. Hal ini diperlukan agar rambut model yang hitam tidak ngeblok dengan background hitam.






Sekarang dicoba teknik lain lagi. Model tidak harus ditembak dengan flash, namun bisa juga dijadikan siluet. Cukup dengan menggambar cahaya yang banyak di belakang model, dan model tidak perlu ditembak dengan flash. Penggambaran cahaya harus cukup luas agar siluet terbentuk. Di sini saya melakukan kesalahan dalam menggambar, tampak model yang kanan tidak jadi siluet secara utuh. Siku nya terpotong karena area yang saya gambar dengan cahaya kurang luas. Konsep yang ingin dibikin di sini adalah 3 model dengan 2 model jadi siluet, hanya 1 model yang ditembak dengan flash. Setelah proses penggambaran
cahaya selesai, 2 model harus cepat pergi, baru flash ditembakkan berkali-kali ke model yang lain.






Efek Backlight dalam Fotografi


Dalam strobist, nama pencahayaan dibagi berdasar posisi nya. Ada Main Light, Side Light, Top Ligh, dan Back Light. Backlight merupakan pencahayaan yang berasal dari belakang model. Jenis pencahayaan ini biasanya digunakan untuk memberikan efek cahaya di rambut model. Efek ini berfungsi juga untuk memisahkan model dengan background, terutama untuk rambut hitam dengan background hitam. Tanpa backlight, susah dikenali mana yang rambut mana yang background.






 Tidak hanya rambut hitam atau gelap yang menarik diberi backlight. Rambut berwarna atau wig juga menarik diberi backlight. Rambut atau wig tersebut akan tampak seperi bercahaya



Posisi flash tidak harus tepat di belakang model. Bisa juga sedikit kesamping, jadi posisi flash adalah antara backlight dan sidelight. Posisi seperti ini akan menghasilkan efek di salah satu sisi saja.



Teorinya, Usahakan flash tidak tampak, yaitu dengan menempatkan tepat di bekalang model hingga kita tidak bisa melihat flash tersebut namun efek flash masih tertangkap oleh kamera. Bila flash masih masuk ke dalam frame, ini akan menyebabkan flare yang bisa mengganggu model utama jadi tidak jelas. Namun dalam fotografi, kadang perlu untuk break the rules. Di sini flash sengaja ditampilkan sedikit, maka muncul flare. Kadang flare nya tidak sesuai keinginan, diperlukan beberapa kali trial and error untuk mendapatkan flare yang pas.



Tidak hanya rambut yang menarik diberi efek backlight. Apapun yang transparan sebenarnya menarik untuk diberi efek backlight. Misalnya aksesories pakaian yang transparan.



Foto Icon Wisata Batam

Bila berkunjung ke Batam, terdapat beberapa tempat yang tidak boleh dilewatkan karena tempat tersebut merupakan ikon ciri khas kota Batam.  Berikut beberapa diantaranya, lengkap dengan foto yang saya ambil pada saat berlibur ke Batam.

KTM Resort

Terdapat patung Dewi Kwan Im setinggi lebih kurang 22 meter yang merupakan simbol  keindahan dari  KTM Resort. Patung Dewi Kwan Im ini dicatat dalam rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), 5 November 2008 sebagai patung Dewi Kwan Im tertinggi di Indonesia. Patung dengan tinggi 22,37 meter dan berat 112 ton ini, tingginya melebihi patung Dewi Kwan Im yang telah ada sebelumnya di Pematang Siantar, Sumatera Utara setinggi 19,8 meter.

Sebelumnya Patung Dewi Kwan Im ini posisinya bukan di tempat sekarang. Dulu ketika awal dibangun lokasinya berada di sebelah barat pada lokasi yang paling tinggi dan sangat strategis di komplek KTM Resort. Jaraknya dengan lokasi sekarang sekitar 100-150 meter. Saat itu Patung Dewi Kwan Im langsung berhadapan dengan laut lepas. Kapal yang datang dari Singapura, Karimun, Riau dan lainnya yang akan merapat ke Sekupang  dapat melihat dengan jelas patung berwarna putih ini berdiri kokoh. Bahkan kapal yang berlayar di laut antara Singapura dan Pulau Batam pun dapat melihat patung ini dengan jelas.





Pulau Labun

Keterngan dan field report pulau Labun bisa dibaca terpisah di  http://chrizz-photography.blogspot.com/2013/11/hunting-foto-di-pulau-labun.html





Kampung Vietnam

Kampung pengungsian Vietnam ini terletak jauh di Desa Sijantung, Pulau Galang, Kecamatan Galang, Kota Batam. Tahun 1979 ratusan ribu warga Vietnam eksodus akibat perang saudara. Pulau Galang seluas kurang lebih 80 km² ini menjadi salah satu lokasi persinggahan pengungsi perang saudara di Vietnam.




Terdapat juga Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem. Untuk melihat gereja ini, kita harus melalui jembatan kayu yang keadaannya sudah terlihat lapuk namun ternyata masih bisa dilewati pejalan kaki dengan aman. Bagi yang membawa kendaraan roda empat atau roda dua, bisa melewati jembatan jembatan baru yang terbuat dari semen di samping gereja.





Jembatan Barelang

Jembatan Barelang adalah sebuah nama yang sangat tidak asing lagi di telinga. Terutama untuk penduduk di Pulau Batam, juga bagi turis lokal dan mancanegara. Lokasi Jembatan Barelang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Jembatan Barelang terdiri dari  enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Nama Barelang sendiri merupakan kepanjangan dari Batam-Rempang-Galang. Batam-Rempang-Galang adalah nama tiga buah pulau besar yang dihubungkan oleh jembatan ini.

Jembatan ini dibangun pada tahun 1992 dan selesai tahun 1998, pemrakarsanya  adalah Bapak B.J Habibie yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Pembangunan jembatan ini menghabiskan biaya lebih dari Rp 400 miliar. Biaya yang dihabiskan ini tampaknya sangat sebanding jika dilihat dari kemegahan jembatan kokoh ini.





Vihara Duta Maitreya

Maha Vihara Duta Maitreya yang berada di Sei Panas merupakan vihara Maitreya terbesar di Asia Tenggara. Dengan luas lahan 4,5 hektar, Vihara Duta Maitreya dibangun tahun 1991. Sesuai namanya, vihara ini memiliki nilai religius yang sangat kental sesuai pesan Buddha Maitreya, yaitu pesan cinta kasih semesta.Hampir di setiap sudut gedung ditemukan arca Buddha Maitreya yang memiliki postur tubuh tinggi lebar, telinga padat dan perut gendut, berkepribadian lugu dan senantiasa tertawa lebar.





Ocarina

Megawisata Ocarina Batam merupakan sebuah tempat wisata pantai yang berlokasi di Batam, Kepulauan Riau. Objek wisata ini kemudian diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bulan Januari 2009. Ocarina berdiri di atas lahan seluas 40 hektar dan terdapat di tepian Teluk Kering, serta komplek perumahan mewah Costarina.

Ocarina ini adalah amusement park-nya Batam yang nyediain wahana-wahana permainan anak yang terletak di pinggir pantai. Harga tiket masuk  hanya 5000/ orang dan 10.000 jika pakai mobil.

Salah satu yang menarik adalah Giant Wheel dengan garis tengah sekitar 30 meter yang dibangun diatas permukaan laut dengan ketinggian 25 meter dari permukaan laut. Sehingga, ketika kita berada di titik puncaknya, akan terlihat seluruh Kawasan Mega Wisata Ocarina, Perumahan Elit Costarina dan pemandangan separuh kota Batam.



Bonus: Welcome to Batam




Hunting Foto di Pulau Pahawang


Kali ini ingin ke luar Jawa. Karena waktu yang agak mepet, akhirnya dipilih ke Pahawang. Pulau Pahawang terletak di daerah Lampung, pulau ini (dan pulau-pulau lain sekitarnya) merupakan suga untuk penikmat wisata air. Banyak terdapat spot snorkeling dan diving yang menarik. Perjalanan kali ini memang khusus untuk menikmati keindahan bawah laut.

Perjalanan dimulai dari pelabuhan Merak, kita menggunakan kapal feri besar. Langsung masuk se mobil nya, kapal tersebut bisa memuat sekitar seratus mobil termasuk truk kontainer yang banyak menuju Lampung. Perjalanan kapal feri dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Baukuheni Lampung memakan waktu sekitar tiga jam. Cukup nyaman di dalam kapal, tidak terlalu terasa goyangan ombak. Terdapat ruang untuk tidur atau menonton TV. Ruang VIP perlu menambah biaya Rp 10.000,00  dan untuk sewa bantal Rp 3.000,00  , namun saya rasa hal tersebut tidak terlalu penting. Tanpa ruang VIP dan bantal, perjalanan dirasakan cukup nyaman.

Untuk menuju pulau Pahawang, dari pelabuhan Baukuheni perlu perjalanan darat lagi sekitar tiga jam dengan mobil ke pelabuhan yang lebih kecil, pelabuhan tersebut adalah pelabuhan Ketapang. Sebaiknya makan pagi di Ketapang, sayang setiba di sana sunrise sudah lewat.

Kapal yang digunakan ke Pahawang dapat digunakan sekalian untuk snorkeling. Lokasi nya di sekitar pulau Maitem. Air di sana cukup bening, jauh lebih bening daripada air di laut Jawa. Yang paling menarik, saya menemukan banyak bintang laut berwarna biru. Di tempat lain seperti pulau seribu, jarang saya menemukan bintang laut lebih dari satu. Saya mengambil satu bintang laut, lalu memindahkan nya ke tempat lain yang sudah ada bintang laut nya. Jadi dapat foto dua bintang laut di dalam satu frame.




Baru dari sana menuju pulau Pahawang, tempat kita menginap. Ada pulau Pahawang Besar tempat kita menginap, dan di dekat nya ada pulau Pahawang kecil untuk snorkeling. Di sini spot nya cukup dalam. Saya melakukan Free Diving hingga sekitar 8 meter. White Balance harus di set agak merah, karena makin dalam warna merah akan makin hilang. ISO juga perlu agak tinggi bila tidak memiliki alat strobist underwater, popup flash sebaiknya tidak digunakan karena akan muncul pantulan dari air.


Tempat saya menginap cukup sederhana. Air untuk mandi harus menimba dulu di sumur. Listrik juga ala kadar nya, sering mati. Jangan lupa membawa senter bila menginap di Pahawang. Sunrise di Pahawang tergolong biasa. Banyak pulau-pulau lain di sekitar Pahawang yang menghalangi pemandangan Sunrise yang maksimal, perlu jalan agak jauh ke ujung dermaga untuk mendapatkan spot yang baik. Kapal yang bersandar bisa dijadikan POI untuk foto sunrise, bisa juga membawa model ke sana.




Namun pemandangan tanpa Sunrise sebenarnya cukup bagus. Langit tetap biru walaupun matahari sudah tinggi, bahkan bulan dan bintang tetap tampak di pagi hari. Sangat berbeda dengan suasana pagi di Jakarta.



Selain pemandangan bawah laut, pemandangan pantai yang cukup menarik di dekat pahawang dalah di pulau Pasir Timbul Perawan. Pasir nya putih, tidak dalam. Telapak kaki masih bisa dilihat dari permukaan saat kita masuk air hingga kedalaman se dada. Sangat menarik, namun hati-hati terhadap ikan batu yang ada di sana. Bahkan penduduk lokal mengatakan pernah melihat ikan pari di sana. Dua binatang tersebut cukup berbahaya, bahkan bisa menimbulkan kematian. Justru bulu babi yang tidak terlihat di sana, bulu babi juga cukup berbahaya namun tidak sampai menyebabkan kematian.






Senin, 17 November 2014

Travelling Pulau Pari

Kembali ke kepulauan Seribu, kali ini saya ke Pulau Pari. Ini adalah pulau di kepulauan Seribu yang paling dekat dari Jakarta yang pernah saya datangi.

Mungkin karena Sabtu tanggal merah, perjalanan dari Muara Angke kali ini tidak senyaman biasanya. Jumlah pengunjung jauh lebih ramai daripada biasanya saya ke sana. Bahkan karena macet di jalan , akhirnya kita memutuskan jalan kaki tidak jauh dari terminal muara angke. Dan kita ketinggalan kapal!!!  Untung teman saya mendapatkan kapal lain, dia punya kenalan di Muara Angke. Katanya memang kita serombongan telat semuanya,  jadi dia memutuskan untuk tidak naik kapal yang biasa, namun sewa kapal pengganti. Gabung dengan rombongan lain yang sepertinya ketinggalan kapal juga.

Sesampainya di sana, kita disambut dengan hujan. Tidak lebat, tapi cukup mengganggu. Kadang berhenti, tak lama hujan lagi. Begitu terus hingga siang. Kita makan siang saat hujan dengan perasaan khawatir hari ini tidak bisa snorkling.

Tak lama, hujan reda sekitar 15 menit. Beruntung sekali, kita sudah hampir memutuskan hari ini diam saja di rumah yang kita sewa. Namun kegembiraan tidak berlangsung lama. Mungkin karena baru hujan, air di sana keruh. Tidak bening seperti yang biasa saya temukan di kelupauan seribu. Menerapkan ilmu Free Diving yang sedang dipelajari otodidak, saya turun kira-kira sampai 5-6 meter dengan sekali ekualisasi (teknik melawan tekanan air di kedalaman tertentu di rongga telinga ),  baru terumbu karang lebih jelas dinikmati.







Sayang kita tidak ke Bintang Rama, salah satu spot snorkling / diving yang terkenal di sana Guide nya mengatakan bahwa ombaknya cukup besar hingga kita tidak bisa ke sana. Ini juga mungkin yang menyebabkan air nya agak keruh. Setelah berputar-putar 3 spot yang semua tidak jelas namanya, dan satupun tidak ada yang benar-benar bening air nya, akhirnya kami kembali dengan perasaan kecewa. Hujan juga mulai turun lagi. Yang sedikit menyenangkan adalah pelangi yang tampak cukup jelas saat hujan gerimis.




Malam nya bulan tampak besar, mungkin gara-gara hujan tadi.




Untuk perjalanan kali ini, yang paling menarik adalah suasana Sunrise nya. Ada Bukit Matahari yang memang terkenal untuk menikmati Sunrise / Sunset. Rombongan lain juga banyak sekali yang berkumpul di sini untuk menikmati Sunrise. Namun saya memilih menikmati nya dari spot lain yang sedikit berbeda. Biar tidak terlalu mainstream







Bahkan sempat lepas sandal dan masuk air hingga sepinggang untuk menikmati view seperti ini






Setelah Sunrise, ingin mencoba foto underwater lagi. Namun kali ini tidak sambil freediving, takut air nya keruh lagi seperti kemarin. Akhirnya di pantai saja.





Setelah makan , tak lama kemudian kita pulang. Perjalanan dari pulau Pari ke Jakarta adalah satu jam lebih sedikit. Sempat kaget juga ketika tiba-tiba sudah sampai di Jakarta. Biasanya paling cepat 2 jam. Sepertinya rumus untuk keindahan pulau seribut adalah makin jauh dari Jakarta, makin bagus. Di pulau Pari air nya kurang bening, dan warna langit kurang biru. Mungkin karena kurang jauh dari Jakarta

Kamis, 07 Agustus 2014

Backpacking Murah ke Singapura (Marina Bay)

Ke Singapura tidak harus mahal. Apalagi jika tujuan utamanya adalah memotret. Selama membawa kamera, jepret, edit di rumah,  tidak ada biaya ekstra yang harus dieluarkan. Bahkan untuk memotret di Singapura, banyak objek menarik di Singapura yang bisa difoto dengan bebas tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Berikut caranya memotret Marina Bay di Singapura dengan biaya super murah.

Tiket harus dipesan jauh-jauh hari. Tiket Air Asia yang dipesan sebulan sebelum nya bisa sekitar 300.000 rupiah. Bahkan banyak tiket promo dengan harga sekitar seratus ribu. Lebih murah daripada dari Jakarta ke Sumatra atau Kalimantan.

Penginapan juga sebaiknya mencari yang termurah. Kita tidak ke Singapura untuk bersantai di hotel. Ada tiga alternatif untuk penginapan murah di Singapura. Pertama, cari hotel daerah Geylang. Hotel di sini murah-murah, namun lokasi nya di daerah postitusi. Tidak masalah, saya banyak menjumpai turis mancanegara di hotel ini. Kamar hotel di sini sekitar SGD 80-100 , merupakan daerah hotel termurah di Singapura. Kamar bisa diisi 2 orang. Masalah nya tidak ada stasiun MRT di dekat sini, yang terdekat adalah stasiun Kallang. Anda akan sering bepergian naik bis umum bila menginap di daerah sini.

Pilihan kedua adalah hostel di daerah China Town. Lokasi nya strategis, dekat stasiun MRT China Town. Masalah nya di hostel ini adalah tidak ada privacy. 1 kamar diisi beberapa orang, dicampur dengan tamu lain. Harga nya dihitung per orang, sekitar SGD 30-50. Semakin besar kamar nya, makin murah dan makin banyak orang yang menginap di sana. Pilihan ini cocok bila anda bepergian dalam rombongan 4-6 orang. Langsung saja booking kamar dengan ukuran segitu, jadi 1 kamar isinya rombongan kita semua.

Pilihan ketiga mirip dengan pilihan kedua, yaitu hostel di daerah Little India. Stasiun MRT terdekat adalah Little India atau Farrer Park (bersebelahan). Sistem nya mirip dengan hostel di China Town, namun di sini sedikit lebih murah dan menurut saya kurang nyaman. Tidak disarankan kecuali anda benar-benar ingin menghemat biaya. Saran saya adalah pilihan kedua (hostel sekitar China Town) bila anda bepergian sendirian, karena kamar hotel bisa diisi berdua dan biaya dibagi dua. Bila berdua dan tidak ada masalah berdekatan dengan tempat prostitusi, sebaiknya ambil pilihan pertama (hotel sekitar Geylang).

Unuk menuju spot pemotretan di Marina Bay, gunakan MRT ke Bayfront atau Marina Bay. Terdapat banyak icon Singapura yang menarik untuk difoto di sekitar sini, diantaranya adalah The Sands, Helix, dan Singapore Science Museum.



Sebaiknya datang saat menjelang malam. Setelah gelap, setiap jam dari The Sands ada pertunjukan Laser yang menarik. Untuk menikmati pertunjukan laser ini, spot terbaik adalah agak jauh dari The Sands. Saya mengambil foto ini dari sekitar Raffles.



The Sands adalah Casino yang menarik, bentuk nya seperti kapal di atas 3 gedung yang tinggi. Gedung tersebut sangat tinggi, namun bukan berarti kita tidak bisa memotretnya dengan high angle. Untuk memotret The Sands dari High Angle, cari gedung yang lebih tinggi dari The Sands. Misal nya dari cafe Altitude di One Raffles Place Building . Dari sini bisa memotret The Sands beserta danau di depan nya.



Sesuatu yang harus dilakukan di sekitar sini adalah berjalan sepanjang Helix. Helix adalah jembatan pejalan kaki terpanjang yang sangan menarik di saat malam karena Helix tersebut diklilingi oleh lampu-lampu kecil dengan bentuk unik. Lama perjalanan dari ujung ke ujung sekitar 10-15 menit, tentu lebih lama bila foto-foto dulu.



Tempat menarik lagi di sekitar Marina Bay adalah Garden by the Bay. Garden by the Bay adalah kebun di dalam ruangan yang sangat besar dan berbentuk futuristik. Terdapan jembatan penghubung dari The Sands lantai 4 menuju Garden by the Bay.



Dari jembaan tersebut, bisa melihat Singapore Flyer yang merupakan bianglala terbesar di Singapore. Tempat ini tidak begitu menarik dari dekat, namun dari jauh justru terlihat bagus. Apalagi dengan refleksi air di bawah nya.



Berhubung tempat-tempat di atas bentuk nya besar-besar dan tidak terlalu jauh, tantangan fotografer adalah untuk memasukkan beberapa icon Singapore ke dalam 1 frame.






Jumat, 23 Mei 2014

Teknik Mengganti Background

Bingung ketika tidak ada background yang tepat? Hal ini yang saya rasakan ketika melakukan pemotretan Samurai X, di mana background yang tepat adalah suasana alam. Sedangkan pemotretan dilakukan malam hari di Taman Menteng, di mana tanaman yang ada sudah tertata rapi dan sulit untuk mendapatkan kesan di alam. Maka terpaksa hal yang dilakukan adalah mengganti background ke tempat lain.

Yang pertama harus dilakukan pada saat sudah memikirkan bahwa akan mengganti background, cari background polos. Warna sebaiknya kontras dengan warna model. Misal nya bila model nya menggunakan baju berwarna merah, jangan pilih background merah. Karena pemotretan tidak dilakukan di studio, yang paling mudah adalah dengan memanfaatkan tembok putih yang ada di Taman Menteng. Background polos akan sangat mempermudah proses selection.

Hal berikutnya adalah memikirkan arah cahaya. Bila sumber cahaya di background datang dari kanan, sumber cahaya ke model juga harus datang dari kanan. Di sini saya menggunakan satu flash dengan payung putih, dibantu seorang asisten. Bila ada arah cahaya yang terbalik, foto bisa disesuaikan di photoshop: Edit > Transform > Flip Horizontal.




Selanjutnya, perhatikan juga warna. Bila background memiliki saturasi tinggi, model juga harus memiliki saturasi tinggi. Kadang background yang diinginkan memiliki warna yang tidak cocok dengan model. Untuk masalah seperti itu, sekalian saja jadikan gambar hitam putih.




Untuk mempermanis, background tidak harus dari satu foto. Bisa ditambahkan objek lain  untuk menambah kesan dramatis. Misalnya bulan purnama yang sudah diperbesar.




Sebagai tambahan, untuk menghindari masalah di kemudian hari, pastikan background difoto sendiri. Bukan diambil dari internet. Semua background yang saya gunakan adalah hasil foto saya di daerah Dieng. Bila terpaksa menggunakan gambar dari internet, periksa dulu apakah gambar tersebut bebas digunakan. Kadang ada hak cipta yang melarang penggunaan gambar tersebut. Terlebih lagi, apa asik nya foto bagus yang mencomot foto orang lain walaupun hanya untuk background. Karena itu, rajin-rajin lah mengkoleksi stok foto. Foto-foto lama jangan dihapus, siapa tahu di kemudian hari bisa jadi background yang menarik.

Rabu, 14 Mei 2014

Backpacking Gunung Prau (Wonosobo)

Perjalanan kali ini saya memutuskan untuk mendaki gunung Prau. Walaupun tinggal di dekat gunung dan sering bermain-main di gunung, namun baru kali ini saya kemping di gunug. Jadi sempat deg-degan juga, terutama memikirkan peralatan yang dibawa. Apalagi saya membawa kamera lengkap dengan lensa tambahan, flash, dan tripod. Padahal untuk kemping perlu juga membawa peralatan seperti sleeping
bag, jas hujan, senter dan lain lain. Jadilah bawaan saya lebih berat daripada bawaan teman yang bertugas membawa tenda.

Berawal dari Jakarta, kita start berdua naik bis dari terminal kampung Rambutan. Bis yang digunakan adalah bis Pahala Kencana jurusan Jakarta - Wonosobo,  kelas VIP 170 ribu. Sebelum sampai terminal Wonosobo, kita berhenti di Tunggoro, menginap di tempat teman di sana yang akan ikut juga ke gunung Prau. Paginya lanjut angkot dua kali, bertemu dengan dua teman lagi dari Surabaya. Perjalanan naik
ke gunung Prau dimulai dari restoran Bu Djono , di sanakita bertemu dua orang guide yang sudah dihubungi dari beberapa hari lalu. Jadi kita total ber tujuh. Restoran Bu Djono ini juga ada losmen nya, jadi kalau tidak ada teman di daerah sana untuk menginap, sangat direkomendiskan untuk menginap di sini. Harganya juga tidak terlalu mahal, sekitar 150-200 ribu.




Mulai naik dari siang, perjalanan diperkirakan sekitar 2,5 sampai 3 jam untuk sampai puncak gunung Prau. Di perjalanan sempat kena hujan, untung sudah sedia Jas Hujan, terlebih karena takut kamera rusak kena air. Walaupun licin karena hujan, jalur ke puncak gunung Prau tidak terlalu berat. Jalur yang melewati beberapa pos tersebut kita selesaikan dalam waktu 3 jam kurang , sesuai perkiraan.



Kita tiba di puncak pada sore hari. Sayang Sunset tidak tampak, tertutup kabut tipis. Terlihat sebentar, lalu tertutup kabut lagi. Mulai muncul kekhawatiran Sunrise pun tidak bisa dinikmati karena kabut, seperti pengalaman sebelumnya di Bromo. Proses mendirikan tenda juga sempat terhambat karena besi untuk tenda ternyata tertinggal. Jadi terpaksa cari pohon agar tenda bisa diikat di pohon. Parahnya pula, tenda tersebut ternyata mengembun di pagi hari. Jadi kami terbangun karena tetesan air dari dalam tenda. 2 bungkus
rokok dan dan handphone pun ada yang terendam. Beruntung kamera saya disimpan di dalam tas, tidak terlalu basah.



Beruntung pagi hari cuaca cerah. Tidak ada hujan, tidak ada kabut. Dan saya menyaksikan Sunrise yang amat menakjubkan. Matahari terbit di antara dua gunung, gunung tersebut di atas awan, dan ada bukit di dekat saya. Guide kita mengatakan bahwa kita cukup beruntung. Selama dua minggu ini, hampir setiap pagi matahari tertutup kabut hingga Sunrise tidak tampak. Baru hari ini cerah dan Sunrise bisa dinikmati



Keuntungan kemping di gunung adalah tidak terlalu banyak orang, jadi bisa keliling mencari tempat yang bagus untuk mengambil foto. Tidak seperti di Bromo ketika mengambil foto dari Pananjakan, terlalu banyak pengunjung lain hingga susah mendapatkan Foreground bagus. Di gunung Prau kita bebas keliling mencari objek untuk Foreground, misalnya pohon. Baik pohon mati atau pohon hidup.






Untuk mengambil foto Sunrise di puncak gunung Prau, sebaiknya gunakan lensa yang tidak terlalu wide. Gunung Sumbing dan gunung Sindoro terletak cukup jauh, terlalu kecil untuk menggunakan lensa Sigma 8-16mm saya. Bahkan di lensa Tokina 17-35mm masih terlalu kecil, karena itu saya memasukkan Foreground juga. Saya menggunakan 17mm utuk foto ini,  dengan bukaan kecil f22 agar bentuk matahari
seperti bintang.



Kelebihan lain dari gunung Prau adalah pemandangan masih sangat menarik bahkan setelah Sunrise lewat. Dibantu dengan Gradual ND Filter , saya mendapatkan foto ini.